Waktu yang mendewasakanmu

Aku masih sangat ingat ketika itu. Ketika kamu berkali-kali menanyakan padaku, "Bagaimana supaya tahu perasaaan dia padaku?" Aku bertanya, "Buat apa kamu tahu? Oke kalau tidak. Kalau iya, kamu mau apa?" Kamu sendiri bingung harus menjawab apa. Lalu kamu terus mendesak ingin tahu perasaan dia. Aku menyarankan, "Tanyalah padanya. Jika tidak berani, tanyakan lewat orang yang kau percaya untuk menjadi perantara."

Sayangnya, kamu tidak punya keberanian untuk menanyakannya, juga tidak ada orang yang bisa kamu percayakan menjadi perantara. Aku sangat memahami keadaanmu. Keadaan orang yang sedang jatuh cinta. Namun memang perlu dipertanyakan dan dipastikan kembali, apakah rasa cinta itu timbul karena nafsu atau bukan.

Kamu hanya butuh kepastian. Ntah apapun yang dia rasakan padamu sebenarnya. Katamu, "Jika tidak, maka aku bisa segera berusaha untuk melupakannya. Jika ya, aku akan bersabar menunggunya."

Aku pun pernah menyarankan padamu, "Tunggulah dulu. Jika saatnya telah tiba, kamu akan lupa padanya. Ini hanya masalah waktu. Percayalah."

Sayang, bahkan sekitar setahun berlalu namun kegalauan itu tetap ada. Rasa penasaran itu tetap ada. Namun, mungkin memang sudah takdirnya pula bahwa kamu tidak pernah bisa mengetahui perasaannya hingga saat ini.

Kamu bertanya, "Butuh berapa lama lagi? Ini sudah setahun." Aku hanya bisa bilang, "Mungkin belum saatnya. Setiap orang punya rentang waktu yang berbeda-beda. Mungkin kamu butuh waktu lebih dari setahun."

Waktu yang akan mendewasakanmu. Aku hanya berusaha menjadi sahabat yang selalu ada saat kau ingin  mencurahkan perasaanmu. Aku pun hanya sedang berusaha supaya kamu tidak terjebak dalam 'kesesatan'.

Ntah ada angin dari mana malam ini. Kita kembali berkutat dalam perbincangan tentang orang yang kau tunggu kepastiannya selama ini. Namun, apa katamu. Kamu bilang bahwa kamu sudah tidak peduli dengan perasaannya. Kamu berusaha untuk bersabar dan menerima takdirNya. Aku sempat heran dan menanyakan padamu, "Sekarang ngomongnya gini, ya? Padahal dulu kekeuh banget ingin dapat kepastian." Kau pun menjawab dengan bijak, "Itu kan dulu. Sekarang sudah lebih dewasa."

Waktu yang mendewasakanmu. Mungkin inilah waktunya. Inilah waktu saat kamu sudah bisa berpikir lebih dewasa mengenai apa yang kau kejar selama ini. Kepastian semu. Pengalaman dan kedewasaan pula yang mengajarkan kita mengenai apa yang sebenarnya kita butuhkan dan seharusnya lakukan.

Kini, kita semua malah bersyukur. Bersyukur karena Tuhan telah melindungi kita selama ini. Mungkin jika keinginan kita diwujudkanNya pada masa itu, sekarang kita tidak bisa merasakan kenikmatan ini. Mungkin sekarang kita malah sedang merasakan akibat dari kesalahan kita di masa lalu. Puji syukur atas karunia dan lindunganNya..

Kini, kita tahu apa yang kita butuhkan. Kita sadar apa kepastian yang sesungguhnya kita butuhkan. Bukan kepastian semu, melainkan kepastian yang tak menjerumuskan kita dalam dosa. Coba jika ternyata dia ya dan kamu dahulu bilang akan menunggu. Sampai kapan kamu akan menunggu? Apa yang akan kamu dan dia lakukan selama masa menunggu itu? Apakah itu yang Dia inginkan?

Waktu yang mendewasakanmu. Kita bisa menilai kedewasaan dan kepribadian seseorang dari jawaban atau tanggapannya terhadap suatu hal. Kini aku yakin, kamu sudah lebih dewasa. Ya, walau sesekali ketika 'racun' itu datang, kamu kembali terlihat bingung. Padahal ketika orang lain yang kebingungan, kamu bisa dengan mudahnya memberi nasihat yang sesuai. Namun ketika kamu yang sedang 'teracuni', kamu berada dalam kebingungan lagi. Aku rasa itu wajar terjadi karena racun itu sedang menghampirimu. Kondisi saat pintu masuknya setan perlahan mulai terbuka. Saat itu, ingatlah nasihat-nasihat yang pernah kau katakan pada orang lain saat orang itu sedang berada dalam kondisimu.

adharta.com


Komentar

Most viewed

Psikotes dan interview HRD di perusahaan farmasi (berbeda dengan yang pertama)

My first job

Kajian Asma'ul Husna - Al Qahhar