Tadabbur Al-'Ashr

Alhamdulillah, ini adalah kali pertama saya mengikuti pengajian di Jakarta. Aku bersyukur dipertemukan dengan seorang akhwat shalihah di kantor yang rajin ikut pengajian sehingga aku bisa memperoleh info pengajian darinya karena selama ini memang cukup sulit buatku mencari info lewat internet.

Cuaca di pagi hari cukup mendung, bahkan beberapa kali hujan deras. Awalnya ukhti ini sempat mengutarakan ketidakjadiannya mengikuti pengajian. Aku yang sempat goyah berusaha menguatkan hati lagi untuk tetap hadir walau sendiri. Alhamdulillah, ALLAH justru turut menggerakkan hati ukhti ini hingga kami pun bisa mengikuti pengajian hari ini.

Alhamdulillah wa syukurillah, banyak sekali ilmu yang kuperoleh dari pengajian seharian ini. Mungkin aku akan membuat menjadi beberapa artikel dengan memfokuskan 1 artikel pada 1 tema.

Tema utama dari kajian ini adalah tadabbur QS Asy-Syams. Namun, ada selingan sedikit tadabbur Al 'Ashr dan ini sangat menyentuh. Happy reading.

Kapan kita bersumpah?
Tentu saja ketika ada hal sangat penting yang ingin disampaikan. Begitupula dengan isi Al-Qur'an. Kita perlu memberi perhatian lebih pada surat yang berisi sumpah karena ada hal sangat penting yang disampaikan disana.

QS. Al 'Ashr

Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi'i rahimahullah menegaskan tentang kedudukan surat Al 'Ashr, beliau berkata,
Sekiranya manusia mau memperhatikan (kandungan) surat ini, niscaya surat ini akan mencukupkan baginya.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir pada Surat Al ‘Ashr)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa perkataan Al Imam Asy Syafi’i itu adalah tepat karena Allah telah mengkhabarkan bahwa seluruh manusia dalam keadaan merugi (celaka) kecuali barang siapa yang mu’min (beriman) lagi shalih (beramal shalih) dan ketika bersama dengan yang lainnya saling berwasiat kepada jalan yang haq dan saling berwasiat di atas kesabaran. (Lihat Majmu’ Fatawa, 28/152)

 
Bagaimana bisa Surat Al 'Ashr cukup bagi kita?

Dalam surat ini ALLAH bersumpah "demi masa". Perhatikan! Ada hal penting yang ALLAH sampaikan setelah itu.
"Sesungguhnya manusia itu adalah di dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran."

Hal sangat penting yang disampaikan disana adalah seseorang tidak merugi ketika memenuhi 4 hal:
1. Beriman
2. Beramal shalih
3. Menasihati dalam kebenaran
4. Menasihati dalam kesabaran



Apakah kita sudah memenuhi semua kriteria itu?

1. Beriman
Ini adalah tingkatan terendah. Namun ternyata, iman saja tidak cukup untuk melepaskan diri kita dari golongan orang yang merugi.

2. Beramal shalih
Setiap kita tentu ingin menjadi hamba yang shalih/shalihah. Kita akan berusaha beramal shalih semaksimal mungkin untuk membaikkan diri kita. Namun, ternyata ini pun masih belum cukup.

3. Menasihati dalam kebenaran
Masihkah kita egois
, hanya memikirkan diri sendiri? Ah, biar saja orang lain mau seperti apa, yang penting aku selalu memperbaiki diri menjadi lebih baik. Sudahkah kita mengajak orang lain dalam kebenaran? Alangkah sangat baik jika kita memiliki target untuk mengajak kebenaran pada orang baru.

4. Menasihati dalam kesabaran
Berapa banyak orang yang mau mengikuti ajakanmu menuju kebenaran? Apa yang kita lakukan ketika orang itu tidak mau mengikuti ajakan kita atau orang tsb mulai malas mengikuti ajakan kita? Menyerah begitu saja? Masihkah kita mau bersabar meneruskan/melanjutkan ajakan kepada kebenaran terhadap org tersebut?

Introspeksi diri kita. Renungkan kembali isi surat tsb yang sangat penting. Jika kita belum memenuhi ke-4 kriteria tsb, ternyata kita masih termasuk ke dalam golongan yang merugi.

Sekarang sudah tahu kan, kenapa pengamalan Surat Al 'Ashr saja sudah cukup untuk kehidupan kita?

@AQL Islamic Center, Tebet
18 Januari 2015
by Ustadz Umar Makka

 

Komentar

Most viewed

Psikotes dan interview HRD di perusahaan farmasi (berbeda dengan yang pertama)

My first job

Kajian Asma'ul Husna - Al Qahhar