Kartika Trianita, S.Si



Sidang sarjana merupakan salah satu pengalaman yang sangat berharga dalam hidup. Rentang waktu sidang sudah diberitahu jauh-jauh bulan, yaitu 9-20 Juni 2014. Beberapa kali aku mengatakan pada teman-teman, “Kita mau sidang tanggal 9?” dan kebanyakan menjawab tidak ingin di awal banget. 

Kamis, 5 Juni 2014
Hari ini kami bertemu dengan pembimbing kami, Pak Zeily, sebelum beliau pulang. Bapak mengatakan bahwa kami sidang Hari Selasa. “Selasa hari pertama, kan?” Kami menjawab, “Bukan, Pak. Hari Senin. Tapi jangan jadi Hari Senin juga, Pak.” Bapak hanya senyum-senyum. Hari ini jadwal sidang tanggal 9 keluar dan tidak ada namaku. Aku dan teman-teman sebimbingan memerkirakan 10 Juni. 

Jumat, 6 Juni 2014
Hari ini jadwal sidang keluar hingga 11 Juni dan tidak ada juga nama kami. Kami pun memerkirakan 12 Juni. Alam yang sudah mendapat jadwal tanggal 10 mengajak untuk simulasi sidang esok hari, Sabtu, 7 Juni. Inin mendaftarkanku, dirinya, dan Anisah.
Malam hari tiba. Sehabis shalat maghrib dan saat sedang mengaji, Hpku tiba-tiba berbunyi. Nomor telepon rumah dengan kode awal 022 tertera. Ada perasaan sedikit ganjil dan perkiraan-perkiraan muncul. Ternyata benar, itu adalah telepon dari Prodi Kimia, tepatnya Pak Handi. Beliau mengatakan bahwa jadwal sidangku Senin, 9 Juni 2014 pk 14.30. Tubuh tiba-tiba lemas mendengarnya, sampai lupa satu nama dosen penguji yang disebutkan. Tak lama kemudian sahabatku, Inin mengabarkan bahwa dia juga ditelepon oleh Prodi untuk sidang 9 Juni. Jadwal sidang Cia di hari yang sama diberitahukan lewat Inin. Beberapa saat kemudian, Arya memberikan foto jadwal sidang. Tak lama kemudian aku langsung diare. Kurasa ini karena stres mendadak. Pada malam itu tidurku kurang baik karena 3 kali diare hingga dini hari.Waktu persiapan sidang hanya tinggal 2 hari lagi. Sedangkan kami memang baru mulai belajar pada Jumat, 6 Juni itu. 

Sabtu, 7 Juni 2014
Hari ini kami melakukan simulasi sidang. Setiap orang berperan sebagai dosen penguji dan memerkirakan pertanyaan yang akan dikeluarkan. Awalnya kami ingin menyudahi belajar bareng hari ini, namun akhirnya kami memutuskan untuk mengadakan belajar bareng lagi esoknya. Sehabis simulasi ini, hatiku rasanya masih cukup tenang. Simulasi hari ini cukup melelahkan karena kami baru selesai sekitar jam 7 malam. Oleh karena itu, aku (dan teman-teman juga mengaku) tidur dini.

Minggu, 8 Juni 2014
Belajar bareng dilakukan di kosan Inin. Sistem belajar barengnya kurang teratur karena kami memiliki dosen penguji yang berbeda-beda dan memiliki prioritas belajar yang berbeda-beda pula. Dari belajar bareng hari ini hatiku mulai galau, mulai menyadari banyak yang belum dipelajari, sedangkan waktu sudah sangat mepet. Inin mendapat jadwal sidang jam 8 pagi, sebagai the first blood, sarjana Julius pertama.
Aku mulai menyadari betapa sedikitnya yang sudah kupelajari dan aku mulai merasa sedikit pesimis. Namun alhamdulillah aku langsung teringat lagi bahwa segala sesuatu terjadi karena kehendak ALLAH SWT. Kelulusan itu karena ALLAH yang meridlainya. Walau persiapan sudah matang, semua sudah dipelajari, kalau Tuhan tidak berkehendak, ya bisa tidak lulus juga. Waktu sidang, siapa dosen pengujinya, pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul, semuanya terjadi karena kehendak ALLAH SWT. Aku mulai yakin di saat-saat terakhir ini bahwa aku hanya makhluk yang lemah tak berdaya tanpa kuasa ALLAH. Maka aku memohon padaNya kuasa dan kemudahan, kelancaran dalam sidang, serta memeroleh hasil terbaik dan maksimal.

Senin, 9 Juni 2014
Today was coming. Sudah kupasrahkan semua padaNya. Aku berharap ridlaNya untuk kelulusanku di sidang hari ini. Aku menonton sidang Kak Desta pada 13.00. Hatiku terasa berdebar-debar ketika berjalan ke arah ruang sidang. Ketika sidang Kak Desta berakhir, aku ke toilet terlebih dahulu untuk bersiap. Kakiku mulai terasa sedikit bergetar. Detik-detik menuju mulainya sidang kugunakan untuk menenangkan diri, banyak mengingat ALLAH, dzikir, dan berdoa.
Bu Mega, penguji bidang organik berkata, “Siapa yang mau diuji? Kamu? Ooo cantik sekali.” Ya kata pembuka yang cukup baik walau sepertinya maksunya bros bunganya yang cantik. Hag. Aku dikagetkan dengan kehadiran Bundo. Beliau datang bersama Rizki MP sehabis dari RS. Aku dikagetkan pula dengan dosen penguji KF yang berubah menjadi Pak Aro dari seharusnya Pak Barnas. Ya tapi mau bagaimana lagi, baru mengetahui detik mau dimulainya sidang membuatku ya sudahlah hadapi saja. Padahal paginya aku sempat menanyakan pada Pak Handi dan beliau bilang pengujinya tetap. Penguji lainnya adalah Pak Zeily selaku pembimbing sekaligus penguji Biokimia, Pak Inov dari KA, dan Pak Rino dari Anor. Suasana sidang yang cukup tertib sempat dipenuhi gelak tawa sesaat ketika diuji KA. Pak Inov pula yang membuat flow sidang cukup menurun dan mengurangi ketegangan. Alhamdulillah, selama keberjalanan sidang aku merasa sangat tenang, seperti saat seminar. Alhamdulillah dapat kulewati sidang ini dengan lancar. Saat pengumuman adalah saat yang paling menegangkan. Sepertinya saat itu kata “LULUS” adalah kata terindah yang kudengar selama berada di ruang sidang. Alhamdulillah, sidang AB, seminar A, nilai total AB. Alhamdulillah.. Isak haru tak dapat kutahan ketika berpelukan dengan Bundo. Aku tidak dapat berkata apa-apa saat memeluknya. Dalam hati kecilku ingin mengatakan, “Bundo, mungkin hanya ini kado kecil yang bisa kuberikan padamu, kelulusan sarjana.”


Alifah-Nungky, aku juga tidak menyangka akan ada kalian, terutama Ipeh. Semangat buat Oktopusnya. AKUADES, kalian SUPER sekali. Keberadaan kalian memberikan semangat yang luar biasa. Semua ini juga karena kalian. Kalian yang selalu mengisi hari-hariku 3 tahun ke belakang. Aku belum bisa membayangkan jika harus mengakhiri kebersamaan di kampus ini. Mungkin setiap kita memiliki tujuan hidup yang berbeda-beda dan kita sedang berjuang untuk mencapainya. Apapun itu, aku pun mengharapkan kesuksesan kita semua.
Tetap jaga komunikasi, ya. :)

Banting tulang selama ini terbayarkan dengan hanya 1 kata, "LULUS".

Saya ingin memohon maaf kepada semua pihak jika selama proses menuju kelulusan ini saya mengorbankan keluarga, sahabat, maupun teman-teman sehingga kurang diprioritaskan atau kurang diperhatikan.
Mungkin saya terlalu berambisi untuk lulus hingga membutakan mata dan hati. Mungkin saya juga terlalu lebay mengutarakan kegembiraan saya sehingga memenuhi wall Anda.

Namun, di balik semua itu, kelulusan ini kupersembahkan untuk kalian semua, my beloved family, my best of the best friends, my friends whenever you are.




Komentar

Most viewed

Psikotes dan interview HRD di perusahaan farmasi (berbeda dengan yang pertama)

Kajian Asma'ul Husna - Al Qahhar

My first job