Kehilangan

Sebenarnya ini sudah cukup lama ingin kutulis. Namun aku jadi semakin termotivasi setelah mengalami peristiwa hari ini.

Aku kira dialah sahabat yang akan menjadi sahabat terdekatku, baik di hati maupun dalam jarak yang sebenanya. Namun ntah mengapa sekarang aku galau. Kurasa perasaanku sama dengannya, merasa resah, seperti ada rasa bersalah. Ntah karena apa, karena aku pun tak tahu kenapa bisa punya perasaan seperti ini.

Pertemuan hari ini pula yang mengingatkanku bahwa dahulu kami punya kenangan yang manis. Suka main sepeda bareng, main badminton, les sekelas dan sering pulang bareng, dan lain-lain.

Aku pun tak tahu kapan tepatnya. Tiba-tiba, semuanya berubah. SMS ga suka dibalas. Sebenarnya bukan aku saja yang mengalaminya, yang lain pun juga pada ga dibalas katanya. Maka kuputuskan untuk mencoba langsung menemui di rumahnya untuk mengklarifikasi apa yang sebenarnya terjadi. Ketika itu standar saja jawabannya, ga ada pulsa, atau yang lainnya. Dia pun meng-SMS-ku sepulang dari rumahnya.

Namun, kejadian itu terulang lagi. SMS ga dibalas, bahkan kadang-kadang failed atau pending. Perasaan ini menjadi semakin tak enak. Ada keyakinan kalau aku punya salah yang masih berbekas padanya. Suatu hari, aku ke rumahnya lagi untuk mengantarkan surat. Tapi rumahnya sangat sepi. Kurasa memang tak ada orang. Maka, aku selipkan saja lewat lubang bawah pintu.

Dan hari ini, aku ke rumahnya lagi bersama kalian. Jangan heran kenapa aku nampak takut. Aku sendiri tak tahu kenapa. Hatiku rasanya benar-benar tak enak. Aku tak kuat kalau harus bertemu dengannya. Terbukti dengan aku tak banyak bicara. Hingga akhirnya aku menahan diri untuk bisa bicara seperlunya. Setidaknya untuk membuat suasana tidak terlalu sepi. Namun pada akhirnya aku tidak bisa menahan. Ntah aku pun tak mengerti harus begitu (you know lah ya).

Setelah kupikir-pikir, aku mencoba menebak apa yang kurasakan. Jarak kami sangat dekat secara fisik, bukan hanya dalam keseharian, namun juga ketika aku hanya berjarak sekitar satu meter darinya. Tapi aku merasa seperti sangat jauh darinya. Kehilangan. Mungkin itu yang kurasakan. 

Tahukah dia bahwa aku begitu merindukannya. Sebuah kebahagiaan yang tak terkira bertemu dengannya. Walau aku sebenarnya tak mampu menatapnya. Tahukah dia bahwa aku ingin menggenggam tangannya kembali, memeluknya, ingin kukatakan bahwa "Aku mencintaimu karena ALLAH". Aamiin.. Mungkin kau bertanya mengapa tidak kukatakan? Jangankan untuk mengatakan, untuk menatapnya pun aku merasa tak kuat.

Jika kulihat wajahnya, aku merasakan adanya perasaan tak enak dalam dirinya. Aku tahu dia pun sebenarnya tak ingin melihatku menangis. Tapi aku minta maaf, aku tidak bisa menahan rasa ini. Maafkan aku, sahabatku...


Komentar

Most viewed

Psikotes dan interview HRD di perusahaan farmasi (berbeda dengan yang pertama)

Kajian Asma'ul Husna - Al Qahhar

My first job