Alasan resign

Jangan kaget kalau saya mengatakan bahwa saya sudah berencana resign dari pertama masuk kerja. Ya, saya mengalami yang namanya shock culture. Bukan dengan pekerjaannya karena sebelumnya saya pernah merasakan dunia kerja saat KP, melainkan dengan kondisi dan suasana dunia kerjanya. Ntah apa yang menggerakkan saya untuk tetap bertahan hingga hampir 3 tahun. Di artikel sebelumnya (Aku di DKJ) saya mengatakan bahwa dalam kenyataannya tidaklah sebahagia dan tidak semenderita apa yang saya tulis. Tapi, ada juga bagian yang saya tulis dengan sederhana namun kenyataannya dihadapi dengan effort yang luar biasa. Hidup kan seperti roda yang berputar. Setelah bahagia pasti akan ada masalah yang mengikuti. Bisa jadi tanda-tanda mungkin, ya. Kalau lagi bahagia-bahagianya, pertanda masalah akan segera datang. Haha. Begitupun dengan kesulitan. Bahkan ketika sedang dalam posisi fall to the lowest point, ntah mengapa selalu masalah itu bisa selesai begitu saja. Dan berpikiran positif-lah saat sedang jatuh pada titik terendah itu, sebentar lagi Insya Allah akan datang kebahagiaan yang dapat membayar letih kamu sebelumnya. Tapi, kita sangat perlu modal utama dalam menjalani kehidupan yang seperti roller coaster, penuh lika-liku dan kejutan ini, guys. Iman. (Buat yang namanya Iman gak usah ge-er). Saya selalu berharap pada Tuhan untuk ditempatkan di tempat yang mana saya bisa menjadi lebih dekat dengan-Nya. And He did it, guys. Dengan caraNya, Dia membuat saya menjadi sosok yang sadar bahwa diri ini gak ada apa-apanya tanpa kuasaNya. Jika ditanya momen apa yang paling menantang – bahkan termasuk menantang iman – yang pernah saya alami hingga detik ini, maka saya akan menjawab dunia kerja. Dan saya menemukan peran Tuhan yang luar biasa ketika berusaha benar-benar namanya pasrah saat berada pada kondisi yang tidak tahu lagi harus berbuat apa.

Jadi, apa alasan utamaku resign?

Sumber: https://www.karyaone.co.id/blog/alasan-resign/

Kalau alasannya karena lelah, kerja dimana pun pasti capek. Kalau alasannya karena terlalu banyak masalah, dimana pun masalah akan terus ada, mungkin hanya bentuknya yang berbeda. Kalau karena bos-nya gak enak, ini BIG NO. Karena di balik segala kekurangan, boss saya disini adalah boss terbaik dalam hidup – ya iyalah baru merasakan kerja di 1 perusahaan – apalagi GMnya (sekarang sudah menjabat sebagai direktur). Salah satu alasan yang dapat menahanku untuk tidak jadi resign adalah big boss yang sangat baik ini. Bahkan, bosku tidak pernah tidak menyetujui pengajuan cutiku berapa lama pun itu (selama masih sesuai peraturan perusahaan). Sebelumnya, saya ingin menceritakan bahwa sebelum benar-benar resign, saya pernah mengajukan resign pertama yang tidak jadi resign beneran. Mungkin tidak semua orang tahu alasan sebenarnya. Dan disini saya ingin menyampaikan alasan sebenarnya. Saat itu alasan saya adalah ingin kembali ke Bandung supaya bisa merawat ibunda yang sedang sakit. Sebenarnya, ini adalah alasan yang sangat kuat dan tidak dapat dielakkan. Namun, setelah melalui tahap negosiasi dengan bosses, berpikir ulang dan bermusyawarah dengan orang tua, saya memutuskan untuk tetap bekerja.

Resign yang kedua (dan terakhir) saya ajukan sekitar setahun setelah yang pertama. Tentu saja banyak pertimbangan untuk dapat mengambil keputusan ini. Pastinya saya tidak ingin resign kedua ini gagal lagi. Walaupun saat itu kondisinya pihak manajemen sudah mengatur untuk reposisi saya bersamaan dengan kondisi DKJ yang baru saja merger dengan anak perusahaan lain sehingga DKJ menjadi perusahaan yang lebih besar. Ya, SIUPnya saja berubah dari menengah menjadi besar. Saya berkejaran dengan waktu karena bosses juga dalam persiapan re-manage tim marketing DKJ. Pada saat itu, saya berusaha untuk kembali memikirkan tujuan hidup saya dan bagaimana cara untuk mencapainya. Menurut saya, saat itu adalah benar-benar saat yang tepat untuk mengajukan resign yang sebenarnya karena saya tidak ingin terlanjur terjun semakin dalam di DKJ yang akan membuat saya semakin sulit untuk resign. Setelah mendapat restu dari Dady, tekad saya bulat untuk mengajukan resign. Suatu hari, saya membuat geger karena mengirimkan surat resign yang mengejutkan banyak orang. Ya, saat itu saya sedang dipersiapkan untuk karir yang lebih baik namun saya malah memilih mundur. Saya juga baru tahu di kemudian hari kalau ternyata hari dimana saya memberikan surat resign di sore hari, ternyata siang harinya baru saja dilakukan finalisasi jobdesk baru untukku beserta program-program yang dirancang untuk posisi baru. Alhamdulillah saya tidak tahu hal ini dari bos saya, melainkan dari HRD sehingga tidak terlalu gak enakan. Saat mengajukan resign, bos saya masih yakin bisa menahan saya. Semua bosses berusaha menahan saya. Maaf bukan maksud saya sombong, tapi mungkin lebih tepatnya saya juga sudah tidak sanggup untuk ‘bekerja sosial’ untuk membahagiakan semua orang. Itulah yang saya usahakan selama ini. Ternyata, gak semudah dan sesimpel itu, guys. Dalam hal ini tidak berlaku quote ‘Aku bahagia asal kamu bahagia’ atau ‘Aku bahagia melihat orang lain bahagia’. Mungkin capek menjadi salah satu alasan. Tapi itu bukan alasan utamaku, guys. Alasan utamaku adalah aku merasa tujuanku berkarir sudah tercapai. Kau masih ingat kan apa tujuanku mencari kerja? Belajar berbisnis. Bahkan bosku masih ingat dengan jawabanku yang masih sama dengan awal interview. Cita-cita bukan untuk menjadi wanita karir dan ingin menjadi entrepreneur. Mau tidak mau, bos harus rela melepasku (ceileh). Istilahnya waktu itu kata bosku, “Saya nggak bisa menahan Kartika untuk tetap di DKJ ketika Kartika maunya turun ke sawah.” Ah, sayang sekali saya lupa kata-kata tepatnya saat itu. Inilah motivasi saya menulis pengalaman hidup saya. Saya tidak ingin karena sifat saya yang pelupa maka saya melupakan momen-momen dan kata-kata penting yang pernah menjadi warna unik di kehidupan saya.

Teman-teman kantor yang luar biasa memberikan kenangan tersendiri dalam hidup saya. Saya bahagia pernah mengenal dan bekerja sama dengan mereka. Sampai-sampai tidak bisa menahan air mata di hari saya berpamitan. Hehehe.. Alhamdulillah, ada rasa lega tersendiri bisa resign beneran. Terlalu banyak pembelajaran berarti yang saya peroleh dari sini dan menjadi manfaat buat diri saya sendiri. Tapi saya lebih untuk memulai hidup baru dengan tantangan baru yang saya harapkan dapat menjadi jalan untuk tercapainya cita-cita yang masih saya kejar.

Sebagai makhluk yang berusaha bersyukur dan berterima kasih, saya berperan dalam pencarian pengganti saya. Waktu pencarian yang terlalu singkat dan ditambah pengganti yang terpilih masih kerja di tempat sebelumnya – udah aku omelin nih orangnya – membuat aku mundur sebulan dari tanggal pengajuan resign. Tapi gak apa lah, aku senang bisa memberikan persembahan terakhir dan terbaik buat DKJ – yang sudah memberi banyak pembelajaran berarti buat aku –, yaitu berupa pengganti yang jauuuuuuhhh lebih baik dari aku. Tulisan ini sebenarnya spesial dibuat untuk penggantiku, Elaine dan Atika. Sing betah, ya. Semoga setelah kalian baca rangkaian tulisan-tulisan mengenai pengalaman saya di DKJ ini, kalian jadi sosok yang lebih bijaksana dan dewasa dalam menghadapi dunia kerja. ;)
Love you all. Hihi..



Komentar

Most viewed

Psikotes dan interview HRD di perusahaan farmasi (berbeda dengan yang pertama)

Kajian Asma'ul Husna - Al Qahhar

My first job