Puntang (20-21 Sept 14)
This was my first experience of mountain climbing as a bachelor...
Sebenanya ini adalah impian lama untuk mendaki puncak Gunung Puntang. Berawal dahulu saat rihlah bersama AI'10 ke Curug Siliwangi Puntang. Aku merasa sangat sayang jika tidak sampai ke puncak karena lokasi gunung yang cukup dekat, apalagi ada teman yang punya tempat tinggal sekitar sini. Waktu terus berlalu hingga akhirnya aku telah menyandang gelar sarjana. Ketika diingatkan dengan mimpi ke puncak Puntang, aku jadi berkeinginan untuk sekalian berfoto seperti di atas.
Kukira pendakian Gede-Pangrango adalah pendakian terakhirku karena aku merasa memang tidak mudah mencari teman mendaki. Selain itu rasa tidak enak terhadap ortu yang selalu mengkhawatirkan kepergianku. Oleh karena itu, pun mau mendaki, aku ingin yang tidak terlalu sulit. Bahkan untuk ke Puntang ini rencana awalnya aku ingin PP, tidak nginap saja supaya lebih ringan. Ya, takdir berkata lain. Alhamdulillah, my dream come true, :D
Berikut ini adalah perkiraan timeline perjalanan kami. Sorry for the long time caused us, the ladies.
Sabtu, 20 September 2014
8.00 : Berkumpul dengan Amiril dan MP di Jl Gelap Nyawang
8.30 : Berangkat dengan mobil MP ke Puntang
10.15 : Sampai di rumah Sarah
12.45 : Berangkat ke tempat Fadly
13.30 : Mulai perjalanan mendaki
17.15 : Sampai tempat camping
Minggu, 21 September 2014
05.30 : Berangkat menuju puncak
07.15 : Sampai puncak Mega
08.15: Berangkat turun ke camp
9.15 : Sampai camp lagi
11.15 : Berangkat turun gunung
13.10 : Sampai tempat Fadly
18.00 : Berangkat dari rumah Sarah ke Bandung
20.45 : Arrived at home sweet home
Sarah sudah berada di Puntang terlebih dahulu karena ada pengajian pada malam Sabtu. Sebelumnya saya perkenalkan terlebih dahulu para peserta pendakian ini. Aku sebut saja Genk Puntangers karena ini dari berbagai latar belakang. Fadly dan MP adalah teman SMAku, Sarah adalah teman sejurusanku, Amiril adalah teman sependakian Ge-Pang, Dadan adalah teman SMP Fadly. Rencana awal lebih ramai lagi karena Fadly mengajak temannya, dan temannya mengajak temannya lagi. Namun mereka-mereka tidak jadi hingga tinggal kami berenam. Tapi ada tambahan 2 orang lagi yang menyusul, yaitu Bilvy alias Adung dan Ervan, adik angkatan di SMA.
Foto itu diambil sebelum pendakian dimulai. The peak behind, that's Mega Peak, our target. Rute pendakian ternyata kurang bersahabat bagiku. Hegheg. Jalur pendakian selalu menanjak dan cukup sulit dilewati dengan hanya sesekali terdapat tempat datar untuk beristirahat. Beberapa kali kami bertemu dengan rombongan yang turun. Ada yang bilang di atas sudah penuh, tidak ada tempat lagi untuk nge-camp, dan setiap bertemu rombongan berbeda di waktu berbeda selalu dikatakan 2 jam lagi sampai puncak.
Info mengenai lokasi camp yang penuh membuat kami berpikir kembali untuk memutuskan dimana akan mendirikan tenda. Dengan berbagai pertimbangan, kami memutuskan camp di Batu Kaca, ya sekitar Batu Kereta.
Menu dinner kami adalah Nasi Goreng Mawut Indof**d. Nasi sudah dibawa dari rumah, dicampur dengan mi, sosis sapi, dan baso sapi. Kornet sapi disajikan terpisah. Bumbu siap saji dan mi dicampur saat pembuatan nasi goreng. Hmmm,, Ya, it's delicious for fast food. Setelah makan malam, dilanjutkan dengan ngobrol, saling mengenal dan bercerita. Bertemu dengan orang baru sering memberi kesan tersendiri. Kita jadi semakin mengetahui jenis-jenis makhluk ciptaan-Nya. Dahulu aku hanya sekedar tahu, "Oh, itu Amiril." Dan malam itu aku semakin mengenal dirinya, visi hidupnya, mengapa dia suka naik gunung, serta pengalaman-pengalaman hidupnya yang tidak biasa, cukup menarik. Hegheg. Waktu sesingkat ini tidak mungkin cukup untuk bisa benar-benar mengenal semuanya, terutama Mas Dadan, orang yang baru pertama kutemui. :D I just know about Cigondewah from him.
Satu hal yang selalu kutanti saat mendaki gunung adalah bertemu dengan another little stars in the sky. Sayang, beberapa daun-daunan menghalangi pemandangan indah ini. But no problem, just met with them closer made me so happy. :)*
Satu hal lagi yang sangat disayangkan adalah bintang-bintang di langit ini tidak bisa diabadikan gambarnya dengan kamera biasa. Namun, inilah yang membuatku bersyukur karena bisa melihat dan bertemu langsung dengan mereka. Mungkin memang begitu takdirnya, aku harus berusaha keras untuk bisa melihat dan lebih dekat dengan mereka.
Kami berencana untuk berangkat ke puncak esok hari habis subuh karena kagok waktu subuh. Dan.... Di tengah waktu beristirahat, kebiasaanku tidak bisa tidur dengan nyenyak, tiba-tiba terdengar suara dari luar tenda dan menyenteri tenda kami. Kukira itu adalah Adung dan Ervan yang berkata akan menyusul. Namun aku ragu untuk menyapa mereka. Padahal rencana awalnya mereka mau nebeng tenda.
Adzan subuh kurang terdengar jelas dari tenda. Apalagi udara dingin membuat orang-orang malas keluar dari kepompongnya. -__- Yaaa, sudah bisa ditebak lah ya. Kalau berangkat habis subuh pasti tak keburu sunrise. Hegheg.
Salah satu kelebihan dengan camp di tempat ini adalah tidak terlalu dingin dan berangin, serta tidak perlu membawa banyak barang saat summit. And YES!! My dream come true. Yes, my dream to take a picture like the first photo in this article.
Disinilah kami bertemu dengan Adung-Ervan dan melanjutkan perjalanan bersama-sama. Mereka tidur di puncak dengan beratap langit. Ya, aku dan fadly sebenarnya menyadari kehadiran mereka. Namun kami sama-sama diam. Haghag. Padahal ada 1 tenda nganggur. Tapi memang sepertinya mereka juga lebih memilih ditakdirkan seperti ini.
Ntahlah. Selalu ada rasa di hati untuk pensiun dari hobi ini. Namun ntah kapan. Ini memang puncak pertama sebagai sarjana, ntah akan ada puncak berikutnya atau tidak. Namun sedikit terlintas keinginan untuk silaturahim lagi dengan Genk Puntangers dalam perjalanan ke Puncak Haruman, tetanggaan dengan Puncak Mega.
My dream |
Sebenanya ini adalah impian lama untuk mendaki puncak Gunung Puntang. Berawal dahulu saat rihlah bersama AI'10 ke Curug Siliwangi Puntang. Aku merasa sangat sayang jika tidak sampai ke puncak karena lokasi gunung yang cukup dekat, apalagi ada teman yang punya tempat tinggal sekitar sini. Waktu terus berlalu hingga akhirnya aku telah menyandang gelar sarjana. Ketika diingatkan dengan mimpi ke puncak Puntang, aku jadi berkeinginan untuk sekalian berfoto seperti di atas.
Kukira pendakian Gede-Pangrango adalah pendakian terakhirku karena aku merasa memang tidak mudah mencari teman mendaki. Selain itu rasa tidak enak terhadap ortu yang selalu mengkhawatirkan kepergianku. Oleh karena itu, pun mau mendaki, aku ingin yang tidak terlalu sulit. Bahkan untuk ke Puntang ini rencana awalnya aku ingin PP, tidak nginap saja supaya lebih ringan. Ya, takdir berkata lain. Alhamdulillah, my dream come true, :D
Berikut ini adalah perkiraan timeline perjalanan kami. Sorry for the long time caused us, the ladies.
Sabtu, 20 September 2014
8.00 : Berkumpul dengan Amiril dan MP di Jl Gelap Nyawang
8.30 : Berangkat dengan mobil MP ke Puntang
10.15 : Sampai di rumah Sarah
12.45 : Berangkat ke tempat Fadly
13.30 : Mulai perjalanan mendaki
17.15 : Sampai tempat camping
Minggu, 21 September 2014
05.30 : Berangkat menuju puncak
07.15 : Sampai puncak Mega
08.15: Berangkat turun ke camp
9.15 : Sampai camp lagi
11.15 : Berangkat turun gunung
13.10 : Sampai tempat Fadly
18.00 : Berangkat dari rumah Sarah ke Bandung
20.45 : Arrived at home sweet home
Sarah sudah berada di Puntang terlebih dahulu karena ada pengajian pada malam Sabtu. Sebelumnya saya perkenalkan terlebih dahulu para peserta pendakian ini. Aku sebut saja Genk Puntangers karena ini dari berbagai latar belakang. Fadly dan MP adalah teman SMAku, Sarah adalah teman sejurusanku, Amiril adalah teman sependakian Ge-Pang, Dadan adalah teman SMP Fadly. Rencana awal lebih ramai lagi karena Fadly mengajak temannya, dan temannya mengajak temannya lagi. Namun mereka-mereka tidak jadi hingga tinggal kami berenam. Tapi ada tambahan 2 orang lagi yang menyusul, yaitu Bilvy alias Adung dan Ervan, adik angkatan di SMA.
You see the mountain behind us? The peak behind. Yes, We've been there. |
Foto itu diambil sebelum pendakian dimulai. The peak behind, that's Mega Peak, our target. Rute pendakian ternyata kurang bersahabat bagiku. Hegheg. Jalur pendakian selalu menanjak dan cukup sulit dilewati dengan hanya sesekali terdapat tempat datar untuk beristirahat. Beberapa kali kami bertemu dengan rombongan yang turun. Ada yang bilang di atas sudah penuh, tidak ada tempat lagi untuk nge-camp, dan setiap bertemu rombongan berbeda di waktu berbeda selalu dikatakan 2 jam lagi sampai puncak.
Info mengenai lokasi camp yang penuh membuat kami berpikir kembali untuk memutuskan dimana akan mendirikan tenda. Dengan berbagai pertimbangan, kami memutuskan camp di Batu Kaca, ya sekitar Batu Kereta.
Our tent. The photo was taken before down the mountain. |
Candle light dinner |
Satu hal yang selalu kutanti saat mendaki gunung adalah bertemu dengan another little stars in the sky. Sayang, beberapa daun-daunan menghalangi pemandangan indah ini. But no problem, just met with them closer made me so happy. :)*
Satu hal lagi yang sangat disayangkan adalah bintang-bintang di langit ini tidak bisa diabadikan gambarnya dengan kamera biasa. Namun, inilah yang membuatku bersyukur karena bisa melihat dan bertemu langsung dengan mereka. Mungkin memang begitu takdirnya, aku harus berusaha keras untuk bisa melihat dan lebih dekat dengan mereka.
Kami berencana untuk berangkat ke puncak esok hari habis subuh karena kagok waktu subuh. Dan.... Di tengah waktu beristirahat, kebiasaanku tidak bisa tidur dengan nyenyak, tiba-tiba terdengar suara dari luar tenda dan menyenteri tenda kami. Kukira itu adalah Adung dan Ervan yang berkata akan menyusul. Namun aku ragu untuk menyapa mereka. Padahal rencana awalnya mereka mau nebeng tenda.
Adzan subuh kurang terdengar jelas dari tenda. Apalagi udara dingin membuat orang-orang malas keluar dari kepompongnya. -__- Yaaa, sudah bisa ditebak lah ya. Kalau berangkat habis subuh pasti tak keburu sunrise. Hegheg.
Salah satu kelebihan dengan camp di tempat ini adalah tidak terlalu dingin dan berangin, serta tidak perlu membawa banyak barang saat summit. And YES!! My dream come true. Yes, my dream to take a picture like the first photo in this article.
Puncak Mega, 2223 Mdpl |
Ntahlah. Selalu ada rasa di hati untuk pensiun dari hobi ini. Namun ntah kapan. Ini memang puncak pertama sebagai sarjana, ntah akan ada puncak berikutnya atau tidak. Namun sedikit terlintas keinginan untuk silaturahim lagi dengan Genk Puntangers dalam perjalanan ke Puncak Haruman, tetanggaan dengan Puncak Mega.
Komentar